MAKANAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN
Oleh:
Tri
Astuti Anggreani Nasution
150302003
I / A
MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULKTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah matakuliah Biologi Perikanan yang berjudul “Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu
Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Biologi Perikanan serta para teman – teman semua yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Biologi Perikanan serta para teman – teman semua yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Makalah
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan,
Juni 2017
Penulis
i
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 6
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................... 6
1.4.
Manfaat Penulisan..................................................................... 6
BAB II
STUDI
PUSTAKA
2.1. Makanan dan Kebiasaan Makan...................................................... 7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................... 11
3.2. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan yang sangat
tinggi. Diperkirakan 8500 jenis ikan hidup diperairan Indonesia dan merupakan
45% dari jumlah jenis global di dunia. Dari jumlah tersebut 1300 jenis
menempati perairan tawar. Dilihat dari jumlah jenis ikan air tawar, Indonesia
menempati rangking kedua setelah Brazil dan pertama di Asia. Kenyataan yang ada
saat ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai kekayaan sumberdaya ikan masih
relatif sangat kecil (Budiman, dkk., 2002).
Salah satu potensi laut
Indonesia adalah potensi sumberdaya ikan, yang meliputi: sumberdaya ikan
pelagis besar, sumberdaya ikan pelagis kecil, sumberdaya udang penaeid dan
krustasea lainnya, sumberdaya ikan demersal, sumberdaya moluska dan teripang,
sumberdaya cumi-cumi, sumberdaya benih alam komersial, sumberdaya karang,
sumberdaya ikan konsumsi perairan karang, sumberdaya ikan hias, sumberdaya
penyu laut, sumberdaya mammalia laut, dan sumberdaya rumput laut (Melmambessy,
2010).
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang
bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan
siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan
memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk
menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan
air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar
50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain
memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri
dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di
perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari
keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut,
dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan
hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah
mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung
atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan
di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan
tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan
oleh arah angin. Mulai dari ikan yang berukuran kecil yang disebut Percid dari
Amerika (Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual pada ukuran
27 mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pacifik (Eviota) yang
bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang berukuran raksasa seperti
Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter dengan berat 25 ton
atau lebih. Kebanyakan ikan berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya
berbentuk flat dan bentuk lainnya (Burhanuddin, 2008).
Perkembangan
industri perikanan di Indonesia mengalami peningkatan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Berdasarkan data tahun 2004, hasil perikanan secara nasional sebesar 4.320.241
ton dengan indeks kenaikan rata-rata per tahun sebesar 3,48%. Dari total ini,
sebesar 1.117.965 ton atau 25,87% digunakan untuk keperluan industri pengolahan
ikan secara tradisional
(Desniar, dkk., 2009).
(Desniar, dkk., 2009).
Mencernakan makanan merupakan suatu proses di dalam tubuh
organisme yang mengubah atau menyederhanakan bahan-bahan makanan yang dapat
diserap oleh dinding usus yang berguna bagi tubuh. Sistem pencernaan meliputi
organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan
bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan
keluar dari tubuh. Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal
makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut,
pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus. Dalam beberapa hal
terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap makanan dan kebiasaan makannya.
Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan pancreas (Burhanuddin,
2008).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan
dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana makan dan kebiasaan makan ikan?
2.
Bagaimana rumus untuk mengukur makanan ikan
berdasarkan pada volume makanan ikan?
3.
Bagaimana rumus untuk menghitung analisis
komposisi makanan?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui makan dan kebiasaan makan ikan.
2. Untuk
mengetahui makanan ikan berdasarkan pada volume makanan ikan.
3. Untuk mengetahui analisis komposisi
makanan.
1.4. Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini adalah sebagai salah satu penilaian dalam matakuliah Biologi
Perikanan dan sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak yang
membutuhkan.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1.
Makanan dan Kebiasaan Makan
Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di
anus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan
spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi
terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah
bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Alat pencernaan terdiri dari dua
bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx,
esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum, rectum, dan anus; serta
kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan pancreas (Omar, 2011).
Makanan ikan adalah organisme hidup baik tumbuhan ataupun
hewan yang dapat dikonsumsi ikan di habitatnya dapat berupa tumbuhan
(makrofita), algae, plankton, ikan, udang, cacing, benthos, dan serangga atau
larva serangga. Urutan kebiasaan makanan ikan dikategorikan ke dalam tiga
golongan yaitu pakan utama, pelengkap, dan tambahan. Sebagai batasan yang
dimaksud dengan pakan utama adalah jenis pakan yang mempunyai index of
preponderance lebih besar dari 25%, pakan pelengkap mempunyai index of
preponderance antara 4-25%, sedangkan pakan tambahan memiliki index of
preponderance kurang dari 4% (Asyari dan Khoirul, 2011).
Melihat bagaimana cara ikan mendapatkan atau memperoleh
makanan, maka secara sederhana ikan dapat digolongkan dalam kelompok pemburu,
peramban, penyaring, pengisap, pembersih dan parasit. Pemburu adalah kelompok
ini memakan ikan atau hewan lain. Peramban adalah kelompok ikan ini memakan
tumbuhan dengan cara mencabik atau memotong bagian tumbuhan. Penyaring adalah
kelompok ikan penyaring mendapatkan makanan dengan cara menyaring kolam air.
Pengisap adalah kelompok ini medapatkan makanan dengan cara mengisap organisme
pada substrat di perairan dasar, misalnya ikan mas. Pembersih adalah ikan yang
makanannya berasal dari sisa-sisa makanan yang terdapat pada jenis ikan lain
yang berukuran lebih besar. Parasit adalah kelompok ikan ini memperoleh makanan
dari organisme lain yang berukuran lebih besar dengan cara mengisap cairan
tubuhnya (Rahardjo, dkk., 2011).
Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok
menurut jenis makanannya, walaupun harus juga diingat bahwa beberapa jenis pola
makannya berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan makanan.
Perbedaan golongan ikan menurut jenis makanannya ini berkaitan antara satu
golongan dengan golongan lain. Penggolongan berdasarkan jenis makanannya yaitu:
Herbivora adalah ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan
nabati misalnya ikan tawes (Puntius javanucus), ikan nila (Osteochilus
hasseli), ikan bandeng (Chanos chanos). Karnivora adalah ikan
golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani misalnya
ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus),
ikan kakap (Lates calcarifer). Omnivora adalah ikan golongan ini sumber
makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan hewani, namun lebih menyesuaikan
diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia mossambica),
ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus goramy).
Pemakan plankton adalah ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan
plankton, baik fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus
volitans), ikan cucut (Rhinodon typicus). Pemakan detritus
adalah ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran
bahan organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun hewan misalnya ikan belanak (Mugil sp.)
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Secara garis besarnya, perbedaan antara struktur alat
pencernaan ikan herbivora dan ikan carnivora adalah: Untuk ikan herbivora: gigi
tumpul dan kadang-kadang halus, tidak memiliki lambung tetapi usus bagian depan
membesar membentuk lambung palsu, panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya,
tapis insang panjang dan rapat. Untuk ikan carnivora: gigi runcing (gigi
taring), lambung memanjang, panjang usus sama atau lebih pendek daripada
panjang tubuhnya, tapis insang pendek dan tidak rapat (Omar, 2011).
Untuk mengukur makanan ikan berdasarkan pada volume
makanan ikan yang ada di lambung ikan yaitu:

Dimana: %i = Volume
total satu macam organisme dalam persen I = Total lambung yang terisi (Windy,
dkk., 2014).
Analisis komposisi makanan yang digunakan yaitu Index
of Prepoderance yang merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dan
metode volumetrik, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: IP = indeks preponderance, Vi = persentse volume satu macam
makanan, Oi = persentase frekuensi kejadian satu macam makanan, ΣViOi = Jumlah
Vi x Oi dari semua macam makanan. Organisme yang ditemukan dalam usus
diidentifikasikan Batasan keriteria persentase makanan sebagai berikut: IP >
40 % : Makanan utama, 4 % ≤IP ≤40 % : Makanan pelengkap, IP < 4 % : Makanan
tambahan (Muhammad, dkk., 2013).
Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung depan kepala,
yang dinamakan tipe terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak pada bagian
atas (tipe superior), di bagian bawah kepala (tipe inferior), dan ada pula
dekat ujung bagian kepala (tipe subterminal). Selain letak yang berbeda-beda,
bentuk mulutpun bermacam-macam. Bentuk dan letak mulut ini sangat erat
kaitannya dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut tipe superior
mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk
menangkap mangsa yang lewat di atasnya. Ukuran mulut ikan dapat memberilkan
petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan
tempat gigi berada (Burhanuddin, 2008).
Adaptasi terhadap macam
makanan juga terdapat pada gigi, sehingga letak maupun bentuk gigi pada ikan
sangat beranekaragam. Bentuk gigi rahang dapat digolongkan menjadi bentuk cardiform, villiform, canine, incisor, dan molariform. Cardiform berbentuk
pendek, tajam dan runcing didapatkan pada famili Serranidae. Gigi villiform mirip
dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti
rumbai - rumabai, gigi canine seringkali
menyerupai bentuk taring, yang bentuknya panjang mengerucut, lurus dan
melengkung dan disesuaikan untuk mencekram. Gigi incisor mempunyai pinggiran tajam yang digunakan untuk memotong,
gigi molariform yang permukaannya
rata digunakan untuk menumbuk dan
menggerus makanan. Selanjutnya yaitu insang, ikan yang memangsa makanan yang
besar memiliki tapis insang yang berukuran besar dan jumlahnya sedikit (Rahardjo,
dkk., 2011).
Lambung merupakan tempat penampungan makanan. Pada
dindingnya terdapat kelenjar yang dapat menghasilkan enzim dan asam lambung
dimana cairan ini membantu proses pencernaan. Bentuk anatomi lambung sangat
bervariasi tergantung kepada kebiasaan makanan ikan tersebut. Lambung ikan
herbivora berbeda dengan lambung ikan carnivora. Ikan herbivora tidak mempunyai
lambung yang sebenarnya, kalaupun ada maka merupakan lambung palsu yang
merupakan penggelembungan usus bagian depan. Umumnya ikan carnivora mempunyai
lambung yang berbentuk seperti tabung, sedangkan pada ikan omnivora berbentuk
seperti kantung (Omar, 2011).
Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu
bagian dari saluran pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus.
Usus mempunyai banyak variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar, sebagai lubang
anus. Usus diikat (difixer) oleh suatu alat pengantung, mesentrum yang
merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). Pada ikan
carnivor ususnya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat dicerna dengan
lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan herbivore panjang dan
teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis ikan, seperti
Lamprey, elasmobranchii dan beberapa Osteichtyes yang ususnya pendek untuk
memperluas permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral
yang disebut tyflosol. Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati,
bagian depan usus yang langsung berbatasan dengan pylorus disebut duodenum yang
memiliki satu atau lebih kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Fungsi
alat pyloric caeca mungkin berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan (Burhanuddin,
2008).
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kesimpulan dari
penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut
dan berakhir di anus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu
spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
dalam pola adaptasi terhadap makanannya.
2. Untuk mengukur makanan ikan berdasarkan
pada volume makanan ikan yang ada di lambung ikan yaitu:
3. Analisis komposisi makanan yang
digunakan yaitu Index of Prepoderance yang merupakan gabungan dari
metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik, dengan rumus sebagai berikut:
Organisme
yang ditemukan dalam usus diidentifikasikan batasan kriteria persentase makanan
sebagai berikut: IP > 40 % : Makanan utama, 4 % ≤ IP ≤ 40 % : Makanan pelengkap,
IP < 4 % : Makanan tambahan.
3.2.
Saran
Saran untuk Mata Kuliah
Biologi Perikanan adalah agar para semua mahasiswa menaati aturan yang ada dan memperhatikan
kuliah secara seksama lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asyari dan K. Fatah. 2011. Kebiasaan Makan dan
Biologi Reproduksi Ikan Motan (Thynnichthys polylepis) di Waduk
Kotopanjang, Riau. Jurnal Bawal. 3(4).
Budiman,
A., A. J. Arief dan A. H. Tjakrawidjaya. 2002. Peran Museum Zoologi dalam
Penilitian dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ikan). Jurnal Ikhtiologi
Indonesia. 2(2): 51 - 52. ISSN: 1693 – 0339.
Burhanuddin,
A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System
Organ Ikan yang Berbasis SCL pada Matakuliah Ikhtiologi. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Desniar, D. Poernomo dan W. Wijatur. 2009. Pengaruh
Konsentrasi Garam pada Peda Ikan Kembung (Rastrelliger Sp.) dengan
Fermentasi Spontan. Jurnal Pengelolaan Hasil Perikanan Indonesia. 12(1): 73 –
87.
Melmambessy,
E. H. P. 2010. Pendugaan Stok Ikan Tongkol di Selat Makassar Sulawesi Selatan.
Universitas Musamus, Merauke.
Muhammad, H., Yunasfi dan A. Suryanti. 2013.
Kebiasaan Makan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) di Sungai
Naborsahan, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Omar,
S. B. A. 2011. Iktiologi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rahardjo,
M. F., D. S. Sjafei., R. Affandi., Sulistiono dan J. Hutabarat. 2011.
Ikhtiology. Penerbit: Lubuk Agung, Bandung.
Wahyuningsih,
H dan T. A. Barus. 2006. Buku Ajar: Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Windy, H. Wahyuningsih dan A. Suryanti. 2014.
Kebiasaan Makanan Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di Sungai Binjai Kota
Binjai Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara, Medan.
